Maulid Nabi Dan Polemiknya

Posted by Admin On May - 7 - 2009

Entah mengapa masih ada sebagian yg begitu alergi dengan perayaan Maulid Nabi, karena mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah bid'ah dan mereka mengambil satu-satunya dalil bahwa semua bid'ah adalah sesat dan dinerakalah tempatnya, walaupun banyak ulama' ahlussunnah yg menerangkan ada bid'ah hasanah dan ada bid'ah dholalah tetapi mereka tetap tidak mau menerimanya, intinya antara ulama yg membagi bid'ah menjadi dua hasanah dan dholalah memahami hadits "semua bid'ah adalah sesat" dengan methode Al-ammul mahsus, yaitu dalil umum tetapi ada yg dikecualikan, dan begitu banyak dalil serupa dalam al-qur'an dah hadits. ...

Kumpulan Dokumentasi Infomajelis.co.cc

Posted by Admin On May - 7 - 2009

Inilah kumpulan dokumentasi yang berhasil dikumpulkan oleh Tim Infomajelis.co.cc. Foto - foto ini ada yang diambil langsung oleh Tim dan ada juga di dapat dari email dan dirangkum dalam datu kesatuan. Semoga kumpulan foto-foto ini bisa berguna untuk mereka yang memang memerlukannya untuk tambahan koleksi foto mereka. ...

E-Book Islami GRATISAN

Posted by Admin On May - 7 - 2009

Tersedia bermacam-macam E-Book Islami disini. Kami menyediakan kumpulan E-Book tersebut dalam rangka untuk menyebarluaskan syiar dan demi terciptanya semangat membaca bagi semua kalangan terutama kalangan Muda, agar selalu menyempatkan diri untuk membaca tanpa harus dipusingkan oleh masalah biaya. Dapatkan E-Book islami di sini dengan cuma-cuma. GRATIS..TIS..TIS . ...

Terima Kasih kepada para Donatur yang selalu memberikan dana untuk kelangsungan Info-Majelis, Semua pendanaan akan digunakan dengan sewajarnya dan dengan seperlunya dan untuk pembiayaan blog ini. Terima kasih pula tertuju untuk para "clickers" yang selalu memperhatikan blog ini, semoga tercapai segala cita dan harapan kita bersama.
Ingin ikut berpartisipasi membiayai blog ini dan menjadi "clickers"..? Silahkan klik salah satu program dibawah ini. Karena cukup hanya dengan cara tersebut, secara tidak langsung anda ikut membiayai blog ini. Semua program dibawah ini adalah program GRATIS yang dapat anda ikuti
Bagjadotkom
adsense
zidu
Join FileFactory Today!
Adsense

2 Tuntunan Akidah Islam

Diposkan oleh Admin On 2:02 PM 0 komentar

Berikut ini adalah tuntunan Akidah Islam yang di susun Oleh Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad yang lebih dikenal dengan "Al-Aqidatul Mujmalah", dan juga tuntunan Akidah Islam yang disusun oleh Habib Ali bin Abi Bakar Assakran yang lebih dikenal dengan nama "Al-Aqidatul lil Arifibilah".

Semoga dua akidah ini dapat selalu melekat dihati kita dan senantiasa menyinari langkah kita semua hingga kita semua selamat dunia akhirat. amiin Allahumma amiin


Bismillaahir Rahmaanir Rahiimi

Wa ba’du faainnaa wal hamdulillaahi qad radhiinaa billaahi rabbaan
Wa bil islami diinaan wa bi muhammadiin nabiyyan wa rasuulan,
Wa bilQur’ani imaaman, wa bil ka’bati qiblataan
Wa bil mu’miniin ikhwanaan
Wa tabarra’na min kulli diiniin yukhalifu diinal islaam
Wa amannaa bikulli kitaabin ‘anzalahull
aahu
Wa bikulli rasuuliin arsalahullahu
Wa bimalaikatillaahi, wa bil qadari khairiihi wa syarrihi
Wa bil yaumil akhiri wa bikulli maa jaa’abihi muhammadun rasuulullaahi
shallallaahu ‘alayhi wa sallam ‘anillaahi
‘alaa dzaalika nahyaa wa alayhi namuutu wa alayhi nub’atsu
insyaa’allaahu mina ‘aaminiin.

Alladziina laa khaufuun alayhim wa laahum yahzanuun.
Bi fadhlikaallaahumma yaa rabbal ‘alamiin.
Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu
Wa asyhadu anna muhammadan abduhu w
a rasuuluhu.
Amantu billahi, wa malaaikatihi wa kutubihi wal yaumil aakhiri wa bil qadari khairihi wa syarrihi.
Shadaqallaahu wa shadaqarasuuluhu, shadaqallaahu wa shadaqarasuuluhu.
Aamantu bisysyari’ati, wa shadaqtu bisysyari’ati.
Wa in kuntu qultu syai’in khilaafal ‘ijma’i raja’tu ‘anhu wa tabarra’tu min kulli diiniin
khalafa diinaal’islaam.
Allaahumma innii uuminu bimaa ta’lamuu ‘annahulhaqqu ‘indak,
Wa abra’u ilayka mimma ta’lamu annahul baathil
u ‘indak,
Fakhud minnii jumalaan wa laa tuthalibniiy bittafshiiil (Astaghfirullaahal’azhiim wa atuubu ‘ilayhi).
Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariikalahu
Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluhu.
Wa anna ‘isa abdullaahu wa rasuuluhu, waabnu ‘amatihi wakalimatuhu,
Alqaahaa ilaa maryam wa ruuhu minhu,
Wa annaljannatal haqquun, wa anna naara haqquun.
Wa anna kulla maa ‘akhbarabihi rasuulullahui shallall
aahu ‘alayhi wa sallam haqqun
Wa anna khairaddunyaa wal ‘aakhirati fii taqwaallaahu wa thaa’atihi
Wa anna syarraddunyaa wal ‘aakhirati fii ma’shiyatillahi wa mukhaalafatihi
Wa anna sysya’ata ‘atiyatuun laa raiba fiihi,
Wa annaallaaha yab’atsu man fiil qubuuri,
Asyhadu anlaa ilaaha illallaahu wadahu laa syariikalahu
Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluhu.
Laa ilaaha illallaahu ‘ufnii bihaa ‘umrii,
Laa ilaaha illallaahu adkhulu bihaa qabrii

Laa ilaaha illallaahu ‘akhluu bihaa wahdii
Laa ilaaha illallaahu alqaa bihaa rabbi
Laa ilaaha illallaahu qabla kulli syai’in
Laa ilaaha illallaahu ba’da kulli syai’in
Laa ilaaha illallaahu yabqaaa rabbunaa wa yafnaa kullu syai’in
Laa ilaaha illallaahu astaghfirullaahi
Laa ilaaha illallaahu astaghfirullaahi
Laa ilaaha illallaahu astaghfirullaahi
Wa atuubu ilaallaahu,

Laa ilaaha illallaahu muhammadun rasuulullaahi shallaallaahu ‘alaiyhi wasallam.

Nah kalo mau MP3nya download aja disini..


Selengkapnya...

2 Tuntunan Akidah IslamSocialTwist Tell-a-Friend

Indahnya Do'a Kamilin

Diposkan oleh Admin On 4:30 PM 0 komentar

Seperti layaknya orang-orang tua kita dulu, maka sudah terbiasalah kita mendengar bahkan mengaminkannya ketika sang Imam memanjatkan Doa yang dinamakan dengan "Doa Kamilin" yang selalu terdengar di Mushola atau masjid didaerah sekitar kita pada setiap Bulan Ramadhan. Maka beruntunglah kita-kita yang mendengarkan serta mengamiinkan doa tersebut, karena demikian indahnya Doa tersebut dan benar-benar penuh pengharapan.

Doa Kamilin selalu kita panjatkan pada bulan Ramadhan setiap selesai Sholat Tarawih. Untuk yang memang belum hafal atau mungkin belum tahu isi dari dari Doa Kamilin, berikut ini saya sengaja menuliskannya sekaligus dengan terjemahnya. Semoga dengan ini kita jadi bisa menghafal doa tersebut dengan mudah (mumpung waktunya masing senggang....2 bulan lagiii).

Sebelum kita membaca doa kamilin tersebut, kita dianjurkan membaca muqoddimah doa, yaitu :

"Bismillahir-rahmanir-rahim
Alhamdulillahi hamdan yuwafi ni`amahu wa yukafi mazidahu ya rabbana lakalhamdu kama yanbaghi lijalali wajhika waazhimi sulthanik. Allahumma shalli wa sallim `ala sayyidina muhammadin wa `ala alihi wa shahbihi ajma’in. "

Setelah kita membaca Muqaddimah Do'a, dilanjutkan dengan Do'a Kamilin. berikut ini Doanya :

Allahummaj`alna bil imani kamilin, wa lifa-raidhika mu'addin, wa `alash-shalati hafizhin, walizzakati fa`ilin, wa lima 'indaka thalibin, wa li`afwika rajin, wa bil-huda mutamassikin, wa `anillaghwi mu’-ridhin.wa fiddunya zahidin, wa fillakhirati raghibin –wa bil qadha'i radhin, wa bin-na`ma'i syakirin, wa’alal-balaya shabirina wa tahta liwa'i sayyidina, muhammadin shalallahu 'alaihi wa sallama yaumul–qiyamati sa'irina wa`alal hawdhi waridina wa fil jannati dakhilina wa`ala sariril-karamati qa`idina wa bihurin inin mutazawwijin, wa min sundusin wa istabraqin wa dibajin mutalabbisin, wa min tha’amil jannati akilin , wa min labanin wa'asalin mushaf-faini syaribin, bi-akwabin wa abariqa wa ka'sin min ma’in ma`al-ladzina an`amta `alaihim minan-nabiy-yina wash-shiddiqina wasy-syuhada'i wash-shalihin. Wa hasuna ula'ika rafiqa, dzalikal-fadhlu minalllahi wa kafa billahi `alima. Allahummaj`alna fi hadzihil lailatisy-syarifatil-mubarakati minas-su`ada-il-maqbulina wa la taj`alnallahumma minal-asyqiya-il –mardudina birahmatika ya arhamar-rahimin. Illahana 'afina wa’fu anna wagfirillahumma lana wa liwalidina wa li-ummahatina wa li ikhwanina wa li akhawatina wa li azwajina wa li ahlina wa li ahli baitina wa li ajdadina wa li jaddatina wa li asatidzatina wa li masyayikhina wa li mu’allimina wa liman `allamnahu , wa liwulati amrina wa li dzawil-huquqi ‘alaina wa liman ahabba wa ahsana ilaina wa liman hadana wa hadainahu ilal-khairi wa liman aushana wa washshainahu bid-dua’ i wa li jami`il-muslimina wal-muslimati wal muminina wal-mu'minati al-ahya'i minhum wal-am­wati waktubillahummas-salamata wal-`afiyata `alaina wa alaihim wa 'ala 'abidikal-hujjaji wal-ghuzati waz­ zuwwari wal-musafirina fil-barri wal-bahri minal mus­-limina wa qina syarrazh-zhalimina fanshurna `alal­ -qaumil-kafirina ya mujibas-sa-ilina wakhtim lana ya rabbana minka bikhairin ya arhamar-rahimin. Wa shallallahu `ala khairi khalqihi sayyidina muhamm­adin wa `ala alihi wa shahbihi ajma`ina wa salim tasli'man katsiran wal-hamdulillahi rabbil `alamin.

Artinya :

"Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji milik Allah, dengan puji­an yang sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya dan setara dengan tambahan-tambahan nikmat-Nya. Oh Tuhan, milik-Mu segala pujian, sebagaimana semestinya bagi kebesaran `wajah'-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada junjungan kami, Nabi Muhammad, serta kepada ke­luarga dan para sahabat sekalian.
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan kewajiban-
kewajiban terhadap-Mu, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat, yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di dunia, yang menyenangi akherat , yang ridha dengan ketentuan, yang ber­syukur atas nikmat yang diberikan, yang sabar atas segala musibah, yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada hari kiamat, sampai kepada telaga (yakni telaga Nabi Muhammad) yang masuk ke dalam surga, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah de­ngan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan makanan surga, yang minum susu dan madu yang murni dengan gelas, cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari para nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa Allah Maha Mengetahui.

Ya Allah, jadikanlah kami pada malam yang mulia dan diberkahi ini tergolong orang-orang yang bahagia dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya, berkat rahmat-Mu, oh Tuhan, Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang.
Oh Tuhan, ampunilah kami, juga bapak-bapak kami, ibu-ibu kami, saudara-saudara laki-laki kami. Saudara-saudara perempuan kami, istri-istri (suami­ suami) kami, keluarga kami, kakek-kakek kami, nenek-nenek kami, guru-guru kami, syaikh-syaikh kami, pengajar-pengajar kami, dan orang-orang yang mengajarkan kami, yang mengurus urusan kami, yang memiliki hak terhadap kami, orang-orang yang mencintai kami, yang berbuat baik kepada kami, yang memberi petunjuk kepada kami dan yang kami beri­kan petunjuk kepada kebaikan, yang kami pesankan untuk mendoakan kami, serta semua muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Tetapkanlah keselamatan dan afiat untuk kami dan mereka, juga hamba-hamba-Mu yang sedang menunaikan haji, para pejuang, para peziarah, orang­ orang yang sedang melakukan perjalanan di darat, laut, dan udara dari kaum muslimin, dan peliharalah t kami dari kejahatan orang-orang yang zhalim. Dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.
Oh Tuhan. Dzat yang mengabulkan permohonan orang­-orang yang meminta. Dan akhirilah hidup kami dengan kebaikan, oh Tuhan, Yang Paling Penyayang di antara yang penyayang.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kesejah­teraan kepada makhluk terbaik-Nya, junjungan kami, Nabi Muhammad, beserta keluarga dan para sahabat semua. Dan segala puji milik Allah, Tuhan sekalian alam.
Selengkapnya...

Indahnya Do'a KamilinSocialTwist Tell-a-Friend

Syair - Syair Imam Syafi'i

Diposkan oleh Admin On 4:29 PM 0 komentar

TIPUAN PALSU

Aku melihat tipu muslihat dunia,
tatkala ia bertenggerdi atas kepala-kepala manusia,
dan membincangkan manusia-manusia yang terkena
tipunya.
Bagi mereka,
Orang sepertiku tampak amat tak berharga.
Aku disamakan olehnya,
dengan anak kecil yang sedang bermain di jalanan.


MENCINTAI AKHIRAT

Duhai orang yang senang memeluk dunia fana,
Yang tak kenal pagi dan sore dalam mencari dunia,
Hendaklah engkau tinggalkan pelukan mesramu,
kepada duniamu itu.
Karena kelak engkau akan berpelukan,
Dengan bidadari di surga.
Apabila engkau harap menjadi penghuni surga abadi,
maka hindarilah jalan menuju api neraka.


RENDAH HATI

Bagaimana mungkin kita dapat sampai ke Sa’ad,
Sementara di sekitarnya terdapat gunung-gunung
dan tebing-tebing.Padahal aku tak beralas kaki,
dan tak berkendaraan.
Tanganku pun kosong dan,
jalan ke sana amat mengerikan.


TENTANG CINTA

Engkau durhaka kepada Allah,
dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya.
Ini adalah suatu kemustahilan.
Apabila benar engkau mencintai-Nya,
pastilah engkau taati semua perintah-Nya.
Sesungguhnya orang menaruh cinta,
Tentulah bersedia mentaati perintah orang yang dicintainya.
Dia telah kirimkan nikmat-Nya kepadamu,
setiap saat dan tak ada rasa syukur,
yang engkau panjatkan kepada-Nya.

KEPUASAN (QANA'AH)
Aku melihat bahwa kepuasan itu pangkal kekayaan,
lalu kupegang erat-erat ujungnya.
Aku ingin menjadi orang kaya tanpa harta,
dan memerintah bak seorang raja.



ANUGRAH ALLAH

Aku melihat-Mu pada saat penciptaanku,
yang penuh dengan anugerah.
Engkaulah sumber satu-satunya,
pada saat penciptaanku.
Hidarkan aku dari anugerah yang buruk.
Karena sepotong kehidupan telah cukup bagiku,
hingga saat Engkau mematikanku.
Selengkapnya...

Syair - Syair Imam Syafi'iSocialTwist Tell-a-Friend

Ke mana-mana selalu menyebarkan salam. Selalu memakai baju bercorak gamis dan celana putih panjang ke bawah lutut, ciri-khas orang Arab. Jenggotnya dibiarkannya lebat dan terkesan menyeramkan. Slogannya pemberlakuan syariat Islam. Perjuangannya memberantas syirik, bid’ah, dan khurafat. Referensinya, al-Kitab dan Sunah yang sahih. Semuanya serba keren, valid, islami. Begitulah kira-kira penampilan kaum Wahabi. Sepintas dan secara lahiriah meyakinkan, mengagumkan.




Tapi jangan tertipu dulu dengan setiap penampilan keren. Kata pepatah jalanan, tidak sedikit di antara mereka yang memakai baju TNI, ternyata penipu, bukan tentara. Pada masa Rasulullah r, di antara tipologi kaum Khawarij yang benih-benihnya mulai muncul pada masa beliau, adalah ketekunan mereka dalam melakukan ibadah melebihi ibadah kebanyakan orang, sehingga beliau perlu memperingatkan para Sahabat t dengan bersabda, “Kalian akan merasa kecil, apabila membandingkan ibadah kalian dengan ibadah mereka.”



Demikian pula halnya dengan kaum Wahabi, yang terkadang memakai nama keren “kaum Salafi”. Apabila diamati, sekte yang didirikan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab an-Najdi (1115-1206 H/1703-1791 M), sebagai kepanjangan dari pemikiran dan ideologi Ibnu Taimiyah al-Harrani (661-728 H/1263-1328 M), akan didapati sekian banyak kerapuhan dalam sekian banyak aspek keagamaan.







A. Sejarah Hitam



Sekte Wahabi, seperti biasanya sekte-sekte yang menyimpang dari manhaj Islam Ahlusunah wal Jamaah memiliki lembaran-lembaran hitam dalam sejarah. Kerapuhan sejarah ini setidaknya dapat dilihat dengan memperhatikan sepak terjang Wahabi pada awal kemunculannya. Di mana agresi dan aneksasi (pencaplokan) terhadap kota-kota Islam seperti Mekah, Madinah, Thaif, Riyadh, Jeddah, dan lain-lain, yang dilakukan Wahabi bersama bala tentara Amir Muhammad bin Saud, mereka anggap sebagai jihad fi sabilillah seperti halnya para Sahabat t menaklukkan Persia dan Romawi atau Sultan Muhammad al-Fatih menaklukkan Konstantinopel.



Selain menghalalkan darah kaum Muslimin yang tinggal di kota-kota Hijaz dan sekitarnya, kaum Wahabi juga menjarah harta benda mereka dan menganggapnya sebagai ghanîmah (hasil jarahan perang) yang posisinya sama dengan jarahan perang dari kaum kafir. Hal ini berangkat dari paradigma Wahabi yang mengkafirkan kaum Muslimin dan menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin Ahlusunah wal Jamaah pengikut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali yang tinggal di kota-kota itu. Lembaran hitam sejarah ini telah diabadikan dalam kitab asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb; ‘Aqîdatuhus-Salafiyyah wa Da’watuhul-Ishlâhiyyah karya Ahmad bin Hajar Al-Buthami (bukan Al-Haitami dan Al-‘Asqalani)–ulama Wahabi kontemporer dari Qatar–, dan dipengantari oleh Abdul Aziz bin Baz.







B. Kerapuhan Ideologi



Dalam akidah Ahlusunah wal Jamaah, berdasarkan firman Allah, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah)” (QS asy-Syura [42]: 11), dan dalil ‘aqli yang definitif, di antara sifat wajib bagi Allah adalah mukhâlafah lil-hawâdits, yaitu Allah berbeda dengan segala sesuatu yang baru (alam). Karenanya, Allah itu ada tanpa tempat dan tanpa arah. Dan Allah itu tidak duduk, tidak bersemayam di ‘Arasy, tidak memiliki organ tubuh dan sifat seperti manusia. Dan menurut ijmak ulama salaf Ahlusunah wal Jamaah, sebagaimana dikemukakan oleh al-Imam Abu Ja’far ath-Thahawi (227-321 H/767-933 M), dalam al-‘Aqîdah ath-Thahâwiyyah, orang yang menyifati Allah dengan sifat dan ciri khas manusia (seperti sifat duduk, bersemayam, bertempat, berarah, dan memiliki organ tubuh), adalah kafir. Hal ini berangkat dari sifat wajib Allah, mukhâlafah lil-hawâdits.



Sementara Wahabi mengalami kerapuhan fatal dalam hal ideologi. Mereka terjerumus dalam faham tajsîm (menganggap Allah memiliki anggota tubuh dan sifat seperti manusia) dan tasybîh (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Padahal menurut al-Imam asy-Syafi’i (150-204 H/767-819 M) seperti diriwayatkan olah as-Suyuthi (849-910 H/1445-1505 M) dalam al-Asybâh wan-Nazhâ’ir, orang yang berfaham tajsîm, adalah kafir. Karena berarti penolakan dan pengingkaran terhadap firman Allah, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia (Allah).” (QS asy-Syura [42]: 11)







C. Kerapuhan Tradisi



Di antara ciri khas Ahlusunah wal Jamaah adalah mencintai, menghormati, dan mengagungkan Rasulullah r, para Sahabat t, ulama salaf yang saleh, dan generasi penerus mereka yang saleh seperti para habaib dan kiai yang diekspresikan dalam bentuk tradisi semisal tawasul, tabarruk, perayaan maulid, haul, dan lain-lain.



Sementara kaum Wahabi mengalami kerapuhan tradisi dalam beragama, dengan tidak mengagungkan Nabi r, yang diekspresikan dalam pengafiran tawasul dengan para nabi dan para wali. Padahal tawasul ini, sebagaimana terdapat dalam Hadis-Hadis sahih dan data-data kesejarahan yang mutawâtir, telah dilakukan oleh Nabi Adam u, para Sahabat t, dan ulama salaf yang saleh. Sehingga dengan pandangannya ini, Wahabi berarti telah mengafirkan Nabi Adam u, para Sahabat t, ahli Hadis, dan ulama salaf yang saleh yang menganjurkan tawasul.



Bahkan lebih jauh lagi, Nashiruddin al-Albani–ulama Wahabi kontemporer–sejak lama telah menyerukan pembongkaran al-qubbah al-khadhrâ’ (kubah hijau yang menaungi makam Rasulullah r) dan menyerukan pengeluaran jasad Nabi r dari dalam Masjid Nabawi, karena dianggapnya sebagai sumber kesyirikan. Al-Albani juga telah mengeluarkan fatwa yang mengafirkan al-Imam al-Bukhari, karena telah melakukan takwil dalam ash-Shahih-nya.



Demikian sekelumit dari ratusan kerapuhan ideologis Wahabi. Dari sini, kita perlu berhati-hati dengan karya-karya kaum Wahabi, sekte radikal yang lahir di Najd. Dalam Hadis riwayat al-Bukhari, Muslim, dan lain-lain, Nabi r bersabda, “Di Najd, akan muncul generasi pengikut Setan”. Menurut para ulama, maksud generasi pengikut Setan dalam Hadis ini adalah kaum Wahabi. Wallâhul-hâdî. [BS]


Oleh: Idrus Ramli*


*) penulis adalah alumnus Pondok Pesantren Sidogiri, tinggal di Jember
Selengkapnya...

Lembaran Hitam di Balik Penampilan Keren Kaum WahabiSocialTwist Tell-a-Friend

Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi

Diposkan oleh Admin On 1:54 AM 0 komentar

Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi

(Dengan Lampiran Scan Kitab Nya)

Ibnu Taimiyah Membungkam Wahhabi

Belakangan ini kata ’salaf’ semakin populer. Bermunculan pula kelompok yang mengusung nama salaf, salafi, salafuna, salaf shaleh dan derivatnya. Beberapa kelompok yang sebenarnya berbeda prinsip saling mengklaim bahwa dialah yang paling sempurna mengikuti jalan salaf. Runyamnya jika ternyata kelompok tersebut berbeda dengan generasi pendahulunya dalam banyak hal. Kenyataan ini tak jarang membuat umat islam bingung, terutama mereka yang masih awam. Lalu siapa pengikut salaf sebenarnya? Apakah kelompok yang konsisten menapak jejak salaf ataukah kelompok yang hanya menggunakan nama salafi?.

Tulisan ini mencoba menjawab kebingungan di atas dan menguak siapa pengikut salaf sebenarnya. Istilah salafi berasal dari kata salaf yang berarti terdahulu. Menurut ahlussunnah yang dimaksud salaf adalah para ulama’ empat madzhab dan ulama sebelumnya yang kapasitas ilmu dan amalnya tidak diragukan lagi dan mempunyai sanad (mata rantai keilmuan) sampai pada Nabi SAW. Namun belakangan muncul sekelompok orang yang melabeli diri dengan

nama salafi dan aktif memakai nama tersebut pada buku-bukunya.

Kelompok yang berslogan “kembali” pada Al Qur’an dan sunnah tersebut mengaku merujuk langsung kepada para sahabat yang hidup pada masa Nabi SAW, tanpa harus melewati para ulama empat madzhab. Bahkan menurut sebagian mereka, diharamkan mengikuti madzhab tertentu. Sebagaimana diungkapkan oleh Syekh Abdul Aziz bin Baz dalam salah satu majalah di Arab Saudi, dia juga menyatakan tidak mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal.Pernyataan di atas menimbulkan pertanyaan besar di kalangan umat islamyang berpikir obyektif. Sebab dalam catatan sejarah, ulama-ulama besar pendahulu mereka adalah penganut madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Sebut saja Syekh Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Ibnu Rajab, Ibnu Abdil Hadi, Ibnu Qatadah, kemudian juga menyusul setelahnya Al Zarkasyi, Mura’i, Ibnu Yusuf, Ibnu Habirah, Al Hajjawiy, Al Mardaway, Al Ba’ly, Al Buhti dan Ibnu Muflih. Serta yang terakhir Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab beserta anak-anaknya, juga mufti Muhammad bin Ibrahim, dan Ibnu Hamid. Semoga rahmat Allah atas mereka semua.

Ironis sekali memang, apakah berarti Imam Ahmad bin Hanbal dan para imam lainnya tidak berpegang teguh pada Al-Qur’an dan sunnah? Sehingga kelompok ini tidak perlu mengikuti para pendahulunya dalam bermadzhab?. Apabila mereka sudah mengesampingkan kewajiban bermadzhab dan tidak mengikuti para salafnya, layakkah mereka menyatakan dirinya salafy?

Aksi Manipulasi Mereka Terhadap Ilmu Pengetahuan

Belum lagi aksi manipulasi mereka terhadap ilmu pengetahuan. Mereka memalsukan sebagian dari kitab kitab karya ulama’ salaf. Sebagai contoh, kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi cetakan Darul Huda, Riyadh, 1409 H, yang ditahqiq oleh Abdul Qadir Asy Syami. Pada halaman 295, pasal tentang ziarah ke makam Nabi SAW, dirubah judulnya menjadi pasal tentang ziarah ke masjid Nabi SAW. Beberapa baris di awal dan akhir pasal itu juga dihapus. Tak cukup itu, mereka juga dengan sengaja menghilangkan kisah tentang Al Utbiy yang diceritakan Imam Nawawi dalam kitab tersebut. Untuk diketahui, Al Utbiy (guru Imam Syafi’i) pernah menyaksikan seorang arab pedalaman berziarah dan bertawassul kepada Nabi SAW.

Kemudian Al Utbiy bermimpi bertemu Nabi SAW, dalam mimpinya Nabi menyuruh memberitahukan pada orang dusun tersebut bahwa ia diampuni Allah berkat ziarah dan tawassulnya. Imam Nawawi juga menceritakan kisah ini dalam kitab Majmu’ dan Mughni.

Pemalsuan juga mereka lakukan terhadap kitab Hasyiah Shawi atas Tafsir Jalalain dengan membuang bagian-bagian yang tidak cocok dengan pandangannya. Hal itu mereka lakukan pula terhadap kitab Hasyiah Ibn Abidin dalam madzhab Hanafi dengan menghilangkan pasal khusus yang menceritakan para wali, abdal dan orang-orang sholeh.

Ibnu Taymiyah Vs Wahhaby

Parahnya, kitab karya Ibnu Taimiyah yang dianggap sakral juga tak luput dari aksi mereka. Pada penerbitan terakhir kumpulan fatwa Syekh Ibnu Taimiyah, mereka membuang juz 10 yang berisi tentang ilmu suluk dan tasawwuf. (Alhamdulilah, penulis memiliki cetakan lama) Bukankah ini semua perbuatan dzalim? Mereka jelas-jelas melanggar hak cipta karya intelektual para pengarang dan melecehkan karya-karya monumental yang sangat bernilai dalam dunia islam. Lebih dari itu, tindakan ini juga merupakan pengaburan fakta dan ketidakjujuran terhadap dunia ilmu pengetahuan yang menjunjung tinggi sikap transparansi dan obyektivitas.

Mengikuti salaf?

Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan masalah tasawwuf, maulid, talqin mayyit, ziarah dan lain-lain yang terdapat dalam kitab-kitab para ulama pendahulu wahhabi. Ironisnya, sikap mereka sekarang justru bertolak belakang dengan pendapat ulama mereka sendiri.

Pertama, tentang tasawuf.

Dalam kumpulan fatwa jilid 10 hal 507 Syekh Ibnu Taimiyah berkata, “Para imam sufi dan para syekh yang dulu dikenal luas, seperti Imam Juneid bin Muhammad beserta pengikutnya, Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta lainnya, adalah orang-orang yang paling teguh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Syekh Abdul Qadir al-Jailani, kalam-kalamnya secara keseluruhan berisi anjuran untuk mengikuti ajaran syariat dan menjauhi larangan serta bersabar menerima takdir Allah.

Dalam “Madarijus salikin” hal. 307 jilid 2 Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Agama secara menyeluruh adalah akhlak, barang siapa melebihi dirimu dalam akhlak, berarti ia melebihi dirimu dalam agama. Demikian pula tasawuf, Imam al Kattani berkata, “Tasawwuf adalah akhlak, barangsiapa melebihi dirimu dalam akhlak berarti ia melebihi dirimu dalam tasawwuf.”

Muhammad bin Abdul Wahhab berkata dalam kitab Fatawa wa Rosail hal. 31 masalah kelima. “Ketahuilah -mudah-mudahan Allah memberimu petunjuk - Sesungguhnya Allah SWT mengutus Nabi Muhammad dengan petunjuk berupa ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar berupa amal shaleh. Orang yang dinisbatkan kepada agama Islam, sebagian dari mereka ada yang memfokuskan diri pada ilmu dan fiqih dan sebagian lainnya memfokuskan diri pada ibadah dan mengharap akhirat seperti orang-orang sufi. Maka sebenarnya Allah telah mengutus Nabi-Nya dengan agama yang meliputi dua kategori ini (Fiqh dan tasawwuf)”. Demikianlah penegasan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Nabi SAW.

Kedua, mengenai pembacaan maulid.

Dalam kitab Iqtidha’ Sirathil Mustaqim Ibnu Taimiyah berkata, “Adapun mengagungkan maulid dan menjadikannya acara rutinan, segolongan orang terkadang melakukannya. Mereka mendapat pahala yang besar karena tujuan baik dan pengagungannya terhadap Rasulullah SAW.”

Ketiga, tentang hadiah pahala

Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa barang siapa mengingkari sampainya amalan orang hidup pada orang yang meninggal maka ia termasuk ahli bid’ah. Dalam Majmu’ fatawa juz 24 hal306 ia menyatakan, “Para imam telah sepakat bahwa mayit bisa mendapat manfaat dari hadiah pahala orang lain. Ini termasuk hal yang pasti diketahui dalam agama islam dan telah ditunjukkan dengan dalil kitab, sunnah dan ijma’ (konsensus ulama’). Barang siapa menentang hal tersebut maka ia termasuk ahli bid’ah”.

Lebih lanjut pada juz 24 hal 366 Ibnu Taimiyah menafsirkan firman Allah “dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (QS an-Najm [53]: 39) ia menjelaskan, Allah tidak menyatakan bahwa seseorang tidak bisa mendapat manfaat dari orang lain, Namun Allah berfirman, seseorang

hanya berhak atas hasil usahanya sendiri. Sedangkan hasil usaha orang lain adalah hak orang lain. Namum demikian ia bisa memiliki harta orang lain apabila dihadiahkan kepadanya.

Begitu pula pahala, apabila dihadiahkan kepada si mayyit maka ia berhak menerimanya seperti dalam solat jenazah dan doa di kubur. Dengan demikian si mayit berhak atas pahala yang dihadiahkan oleh kaum muslimin, baik kerabat maupun orang lain”

Dalam kitab Ar-Ruh hal 153-186 Ibnul Qayyim membenarkan sampainya pahala kepada orang yang telah meninggal. Bahkan tak tangung-tanggung Ibnul Qayyim menerangkan secara panjang lebar sebanyak 33 halaman tentang hal tersebut.

Keempat, masalah talqin.

Dalam kumpulan fatwa juz 24 halaman 299 Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa sebagian sahabat Nabi SAW melaksanakan talqin mayit, seperti Abu Umamah Albahili, Watsilah bin al-Asqa’ dan

lainnya. Sebagian pengikut imam Ahmad menghukuminya sunnah. Yang benar, talqin hukumnya boleh dan bukan merupakan sunnah. (Ibnu Taimiyah tidak menyebutnya bid’ah)

Dalam kitab AhkamTamannil Maut Muhammad bin Abdul Wahhab juga meriwayatkan hadis tentang talqin dari Imam Thabrani dalam kitab Al Kabir dari Abu Umamah.

Kelima, tentang ziarah ke makam Nabi SAW.

Dalam qasidah Nuniyyah (bait ke 4058) Ibnul Qayyim menyatakan bahwa ziarah ke makam Nabi SAW adalah salah satu ibadah yang paling utama “Diantara amalan yang paling utama dalah ziarah ini. Kelak menghasilkan pahala melimpah di timbangan amal pada hari kiamat”.

Sebelumnya ia mengajarkan tata cara ziarah (bait ke 4046-4057). Diantaranya, peziarah hendaklah memulai dengan sholat dua rakaat di masjid Nabawi. Lalu memasuki makam dengan sikap penuh hormat dan takdzim, tertunduk diliputi kewibawaan sang Nabi. Bahkan ia

menggambarkan pengagungan tersebut dengan kalimat “Kita menuju makam Nabi SAW yang mulia sekalipun harus berjalan dengan kelopak mata (bait 4048).

Hal ini sangat kontradiksi dengan pemandangan sekarang. Suasana khusyu’ dan khidmat di makam Nabi SAW kini berubah menjadi seram. Orang-orang bayaran wahhabi dengan congkaknya membelakangi makam Nabi yang mulia. Mata mereka memelototi peziarah dan membentak-bentak mereka yang sedang bertawassul kepada beliau SAW dengan tuduhan syirik

dan bid’ah. Tidakkah mereka menghormati jasad makhluk termulia di semesta ini..? Tidakkah mereka ingat firman Allah “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. “Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah, mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS Al Hujarat, 49: 2-3).

Data-data di atas adalah sekelumit dari hasil penelitian obyektif pada kitab-kitab mereka sendiri, sekedar wacana bagi siapa saja yang ingin mencari kebenaran. Mudah mudahan dengan mengetahui tulisan-tulisan pendahulunya, mereka lebih bersikap arif dan tidak arogan dalam

menilai kelompok lain. (Ibnu KhariQ)

Referensi

- Majmu’ fatawa Ibn Taimiyah

- Qasidah Nuniyyah karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

- Iqtidha’ Shirathil Mustaqim karya Ibn Taimiyah cet. Darul Fikr

- Ar-Ruh karya Ibnul Qayyim Al-Jauziyah, cet I Darul Fikr 2003

- Ahkam Tamannil Maut karya Muhammad bin Abdul Wahhab, cet. Maktabah

Saudiyah Riyadh Nasihat li ikhwanina ulama Najd karya Yusuf Hasyim

Ar-Rifa’i

Diambil dari rubrik Ibrah, Majalah Dakwah Cahaya Nabawiy Edisi 60 Th. IV Rabi’ul Awwal 1429 H / April 2008 M

Lampiran-lampiran :
Lampiran ini ada 7 bagian :
1. Bukti wahaby ubah dan palsukan kitab ulama
2. Bukti wahaby palsukan kitab al-adzkar imam nawawi
3. Ibnu taymiyah : hadiah dzikir dan bacaan alqur'an pada mayyit sampai
4. Pemalsuan diwan syafei oleh website wahaby (almeyskat .com)
5. Ibnu taymiyah bertobat dari aqidah tajsim
6. Ibnu taymiyah Galakkan amalan maulid Nabi

7. Ibnu Taymiyah Fatwakan Khamr Najis
8. Ibnu taymiyah galakan talkin mayyit


Selengkapnya...

Ibnu Taimiyah Membungkam WahhabiSocialTwist Tell-a-Friend

Qobliyah Jum'at

Diposkan oleh Admin On 1:16 AM 0 komentar


glitter-graphics.com




Sholat Sunnah Qobliyah Jum'at atau sholat sunnah yang dilakukan sebelum melaksanakan Sholat Jum'at, ada di masyarakat kita yang malakukan sholat sunnah ini, dan ada pula yang menganggapnya sebagai bid'ah dholalah yang tidak ada dasar hukumnya, dengan kata lain tidak di syari'atkannya sholat sebelum sholat jum'at.

Untuk melakukan suatu ibadah memang semestinya kita mengetahui ilmunya, jika belum tahu maka berhati-hati, demikian pula untuk memberikan fonis bid'ah, atau tidak ada syari'atnya maka hendaknya kita telusuri terlebih dahulu, jika kita memang belum mengetahui hukumnya dan ragu melaksanakannya, baik pula kita tidak usah melakukan dan tanpa mengeluarkan perkataan yang mengandung profokatif seperti bid'ah, tidak ada syari'atnya dll, sehingga membuat orang yang melakukannya menjadi ragu, ya kalau perkataan (tuduhan bid'ah) kita benar, maka kita mencegah hal yg bid'ah, tapi kalau tuduhan kita salah, maka kita telah menyebarkan bid'ah baru yang berupa fonis bid'ah pada sesuatu yg dibolehkan oleh syari'at. dan hendaknya kita berbaik sangka kepada para ulama', masa iya hal bid'ah bisa lolos dari pandangan para ulama' muktabar sampai pada zaman kita, sementara kita yang baru belajar ilmu agama kemaren sore saja bisa menemukan? tidakkah kita akan menjadi pahlawan kesiangan kalau tujuan kita membrantas bid'ah, tenyata sebaliknya?

Permasalahan Umum sholat Qobliyah Jum'at

Menurut imam malik dan sebagian pengikut imam ahmad bin hambal tidak dianjurkannya sholat qobliyah jum'at ini, tetapi belum kami temukan perkataan bid'ah dari imam besar tersebut, sementara dari dari pendapat Madzhab Syafi'ie, Hanafi dan Hambali pada prinsipnya menganjurkan, dengan berdasar pada Dalil2:
Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:“Antara dua adzan itu ada shalat sunnah! Antara dua adzan itu ada shalat sunnah!.” Ketika beliau bersabda ketiga kalinya, maka sabdanya diteruskan dengan, “bagi siapa saja yang menghendakinya.”(HR. Bukhori Muslim)
(Dalam hadits ini disebutkan adzanaini (dua adzan) ibnu hajar Al Atsqolani menjelaskan yg dimaksud adalah Adzan dan Iqomah:fathul baari 2/431 demikian pula An-Nawi dlm syarah Muslimnya 3/190)

Hadits ini adalah umum untuk melaksanakan sholat sunnah setiap ada adzan dan iqomah, jika sholat jum'at terdapat adzan dan iqomah maka tidak ada pada sholat jum'at termasuk didalamnya, berdasar atas keumuman hadits di atas, kecuali jika ada dalil yg menerangkan pengecualiannya sbagai takhsish (pengkhususan)

Dari Abdullah bin Zubeir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tiada satu shalat fardu pun, melainkan pasti sebelumnya ada dua rakaat sunah.” (HR. Shahih Ibnu Hibban, Juz. 10, hal. 385)

Hadts ini juga menunjukkan keumuman, semua sholat fardu memiliki sholat sunnah qobliyah, jika sholat jum'at termasuk dalam sholat fardhu maka jelaslah bahwa sholat jum'at termasuk dalam hadits di atas, kecuali ada pengecualian dari hadits yang menerangkan kekhususan sholat jum'at tidak terdapatkannya sholat qobliyah jum'at dari nash Hadits ataupun qur'an.

Kedua hadits di atas kami cantumkan pula didalam pembahasan sholat Rawatib sebagai landasan bahwa seluruh sholat wajib yang 5 waktu, memiliki sholat qobliyah, berdasarkan keumuman hadits, walaupun kesunnahannya ada yg ghoiru mu'akkadah. dan ketika di topang dengan dalil nash lain maka bisa menjadi mu'akkadah.

Pembahasan secara terperinci dengan dalil yang khusus
1. “Dari Ibnu Umar Ra. Bahwasanya ia senantiasa memanjangkan shalat qabliyah jum’at. Dan ia juga melakukan shalat ba’diyyah jumat dua rekaat. Ia menceritakan bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa melakukan hal demikian”. (HR. Abu Dawud dlm Nailul authar III/313).

Penilaian para muhadditsin terhadap hadist ini adalah :

Berkata Imam Syaukani: “Menurut Hafiz al-iraqi, hadits Ibnu umar itu isnadnya Sahih”.

Hafiz Ibnu Mulqin dalam kitabnya yang berjudul Ar-risalah berkata :”Isnadnya sahih tanpa ada keraguan”.

Imam Nawawi dalam Al-Khulashah mengatakan : ‘Hadits tersebut shohih menurut persyaratan Imam Bukhori. Juga telah dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam shohihnya’.


2. “Dari Abu Hurairah dan Abu Sufyan dari Jabir, keduanya berkata : Telah dating Sulaik al-Ghathfani ketika rasulullah tengah berkhutbah. Lalu Nabi bertanya kepadanya : “Apakah engkau sudah shalat dua rekaat sebelum dating kesini?” Dia mejawab : Belum. Nabi Saw. Bersabda: “Shalatlah kamu dua rekaat dan ringkaskanlah shalatmu” (HR. Ibnu Majah Dlm Nailul Authar III/318).

Syeikh Umairoh berkata: Andai ada orang yang mengatakan bahwa yang disabdakan oleh Nabi itu mungkin sholat tahiyyatul masjid, maka dapat dijawab “Tidak Mungkin”. Sebab shalat tahiyyatul masjid tidak dapat dilaku- kan diluar masjid, sedangkan nabi saw. (waktu itu) bertanya; Apakah engkau sudah sholat sebelum (dirumahnya) datang ke sini ? (Al-Qalyubi wa Umairoh 1/212).

Begitu juga Imam Syaukani ketika mengomentari hadits riwayat Ibnu Majah tersebut mengatakan dengan tegas : Sabda Nabi saw. ‘sebelum engkau datang kesini’ menunjukkan bahwa sholat dua raka’at itu adalah sunnah qabliyyah jum’at dan bukan sholat sunnah tahiyyatul masjid“.(Nailul Authar III/318)

Mengenai derajat hadits riwayat Ibnu Majah itu Imam Syaukani berkata ; ‘Hadits Ibnu Majah ini perawi-perawinya adalah orang kepercayaan’. Begitu juga Hafidz al-Iraqi berkata: ‘Hadits Ibnu Majah ini adalah hadits shohih’.


3. Perbuatan Nabi yang disaksikan oleh Ali Bin Abi Tholib yang berkata “Nabi telah melakukan sholat sunnah empat rakaat sebelum dan setelah sholat jumu’at dengan salam di akhir rakaat ke empat” (HR.Thabrani dalam kitab Al-Ausath dari riwayat Imam Ali Bin Abi Tholib).


4. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya beliau melakukan shalat sunnah qabliyah jum’at sebanyak empat raka’at dan sholat ba’diyah (setelah) jum’at sebanyak empat raka’at pula”.

Abdullah bin Mas’ud merupakan sahabat Nabi saw. yang utama dan tertua, dipercayai oleh Nabi sebagai pembawa amanah sehingga beliau selalu dekat dengan nabi saw. Beliau wafat pada tahun 32 H. Kalau seorang sahabat Nabi yang utama dan selalu dekat dengan beliau saw. mengamal- kan suatu ibadah, maka tentu ibadahnya itu diambil dari sunnah Nabi saw.

Penulis kitab Hujjatu Ahlis Sunnah Wal-Jama’ah setelah mengutip riwayat Abdullah bin Mas’ud tersebut mengatakan: “Secara dhohir (lahiriyah) apa yang dilakukan oleh Abdullah bin Mas’ud itu adalah berdasarkan petunjuk langsung dari Nabi Muhammad saw.”

Dalam kitab Sunan Turmudzi itu dikatakan pula bahwa Imam Sufyan ats-Tsauri dan Ibnul Mubarak beramal sebagaimana yang diamalkan oleh Abdullah bin Mas’ud ( Al-Majmu’ 1V/10).

Pendapat Sebagian Ulama :

“Shalat jum’at itu sama dengan shalat Dhuhur dalam perkara yang disunnahkan untuknya. Maka disunnahkan sebelum jum’at itu empat raka’at dan sesudahnya juga empat raka’at”.(Hasyiah Al-Bajuri 1/137 hal senada dalam Iqna’ oleh Syeikh Khatib Syarbini 1/99 dan Imam Nawawi dalam Minhajut Thalibin )

“Disunnahkan shalat sebelum dan sesudah jum’at. Minimalnya adalah dua raka’at qabliyyah dan dua raka’at ba’diyyah (setelah sholat jum’at). Dan yang lebih sempurna adalah empat raka’at qabliyyah dan empat raka’at ba’diyyah’. (Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah Muhazzab 1V/9)

Wallahu a'lamu bishowab.


Komarudin Evendi
Selengkapnya...

Qobliyah Jum'atSocialTwist Tell-a-Friend

Menurunnya minat mahasiswa IAIN atau UIN mempelajari studi Islam disebabkan liberalisasi. IAIN harus kembali ke Al-Quran dan Sunnah

Direktur INSIST, Hamid Fahmy Zarkasy, Ph.D mengatakan, setidaknya ada dua

faktor yang menyebabkanya menurunnya minat mahasiswa IAIN/UIN terhadap studi Islam. Pertama, orientasi masyarakat dan kedua pihak IAIN sendiri.

Pernyataannya tersebut disampaikan berkaitan fenomena Salah satu kampus UINmenurunnya minat mahasiswa dalam mempelajari studi Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau kini banyak berganti nama menjadi UIN. Fenomena ini disampaikan Prof. Nanat Fatah, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung baru-baru ini, yang mengatakan, beberapa prodi agama telah mengalami sepi peminat.

“Ada beberapa prodi agama yang mengalami penurunan signifikan, bahkan ada prodi yang mendaftar cuma 3 orang,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Menurut Hamid yang alumnus IIUM-ISTAC Malaysia, pada faktor orientasi, berupa kecenderungan masyarakat yang sudah berfikir pragmatis dan berorientasi ke dunia kerja. Sedangkan IAIN, selama ini imej yang berkembang hanya mencetak sarjana kiai dan ulama. “Dan hal tersebut tidak marketable,” jelasnya.

Sementara IAIN sendiri tidak mampu berjalan sesuai mindstream awal. Sebagaimana diketahui masyarakat, IAIN merupakan wadah pencetak kiai dan ulama, namun hal itu belum sepenuhnya terwujud. Tidak hanya itu, IAIN juga selama ini disinyalir kerap melakukan liberalisasi terhadap para mahasiswanya., sehingga bukannya menjadi ulama atau kiai, malah menjadi liberal. Dan hal tersebut yang selama ini disayangkan oleh masyarakat.

“Masyarakat sekarang mulai alergi dengan IAIN sehingga jarang mau menguliahkan anak-anak mereka ke lembaga pendidikan tersebut,” terangnya.

Di sisi lain, dengan maraknya gerakan sepilisasi (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme) di kampus, masyarakat tidak lagi memandang IAIN sebagai institusi yang melahirkan ulama penyelamat umat. Dengan pola pikir ini, para intelektual muslim IAIN, telah menghilangkan fungsi Islam yang bisa menjadi solusi problematika zaman. Padahal, masyarakat ingin Islam dihadirkan oleh para cendekiawan tersebut sebagai solusi keumatan yang kompleks. “Selama ini tokoh figur IAIN, jika mencurahkan ide dan gagasannya di media, baik elektronik dan cetak, selalu membuat sesak dada masyarakat.”

Hamid menyarankan, IAIN harus segera meredisain kurikulum yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Di samping itu, IAIN jangan sampai terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran liberal.

Begitu juga dengan adanya prodi umum dan agama, menurut ia, kurang efektif. Sebab, dengan mengadakan prodi umum, tanpa mengadakan “islamisasi” terlebih dahulu maka hasilnya setali tiga uang. Mahasiswa akan lebih memilih prodi umum yang berada di PT negeri atau swasta lainnya yang lebih bonafide dan menjanjikan.

Namun, beda halnya jika prodi umum tersebut diberi label Islam yang sesuai dengan epistemology Islam, seperti ekonomi Islam, politik Islam, komputer sains, dengan tambahan digitalisasi kitab-kitab turats dengan demikian, dapat membangun epistemologi Islam lebih terhormat.


[ans/www.hidayatullah.com]

Selengkapnya...

Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN MenurunSocialTwist Tell-a-Friend

Pada bulan Robiul awal junjungan kita nabi besar Muhammad SAW dilahirkan, tepatnya menurut riwayat yang tsiqqoh dilahirkan pada bulan 12 robu'ul awwal. tentunya tahun Hijriah belum dimulai, karena tahun hijriah dimulai dari Rosulullah hijrah.

Pada saat kelahiran Rosulullah SAW, makkah diserbu oleh pasukan bergajah yg dipimpin oleh raja abrahah salah satu penguasa di daerah yaman, dan pada saat itu Allah memulyakan kelahiran Rosulullah SAW dengan mengirimkan pasukan burung ababil untuk menghalau pasukan bergajah yang bertujuan ingin meruntuhkan ka'bah baitullah.

Dilain itu pada saat kelahiran Rosulullah, api yang disembah oleh para penyembah api yang telah menyala beribu tahun lamanya tanpa pernah padam, dipadamkan oleh Allah, itu juga menurut para ulama adalah tanda memulyakan kelaliran Sang Nabi Sallahu alaihi wasallam.

Rosulullah dilahirkan dalam keadaan yatim, karena ayahnya meninggal dunia saat 7 bulan sebelum kelahiran Rosulullah, dan pada saat kelahiran Rosulullah Abu Lahab mendapatkan kabar dari budaknya Sumayyah yang berlari-lari memberi kabar "aminah telah melahirkan seorang putra" sepontan Abu Lahab mendengar kabar gembira itu langsung berseri-seri dan bahagia, dan pada saat itu pula sang budak dibebaskan sehingga merdekalah sumayyah, yang selanjutnya terdapat riwayat bahwa pada setiap hari senin Abu Lahab yg pada masa hidupnya menjadi musuh rosulullah, setelah meninggal Abu Lahab mendapatkan kesengsaraan sepanjang harinya kecuali pada hari senin, karna dia pernah bergembira dan membebaskan budak pada hari senin yaitu hari kelahiran Baginda Rosulullah SAW.

Diriwayatkan bahwa Abbas bin Abdulmuttalib melihat Abu Lahab dalam mimpinya, dan Abbas bertanya padanya : “bagaimana keadaanmu?”, abu lahab menjawab : “di neraka, Cuma diringankan siksaku setiap senin karena aku membebaskan budakku Tsuwaibah karena gembiraku atas kelahiran Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.4813, Sunan Imam Baihaqi Alkubra hadits no.13701, syi’bul iman no.281, fathul baari Almasyhur juz 11 hal 431).

Rosulullah juga memperhatikan hari kelahirannya dan melakukan ibadah untuk menunjukkan rasa syukur beliau kepada Allah, Rasulullah pernah ditanya tentang puasa di hari senin, beliau menjawab bahwa hari itu adalah hari dimana beliau di lahirkan, riwayat ini terdapat di dalam kitab ahmad sebagai sbb.

Rasulullah SAWditanya tentang puasa hari Senin. Beliau menjawab, "Itu hari kelahiranku dan diturunkan wahyu." (HR Muslim dan Ahmad)

Ketika beliau saw ditanya mengenai puasa di hari senin, beliau saw menjawab : “Itu adalah hari kelahiranku, dan hari aku dibangkitkan” (Shahih Muslim hadits no.1162)

Memulyakan kelahiran dan bersyukur banyak sekali caranya, ada yg dengan puasa ada yang dengan shodaqoh dan saling kasih menyayangi satu sama lain, dalam al-qur'anulkariem, Allah memulyakan pula kelahiran Rosulullah SAW dan beberapa RosulNYA dengan ditandai dengan kejadian atau peristiwa tertentu, sedangkan kita memulyakan kelahiran rasulullah dengan cara kita, selama cara memulyakan tersebut tidak melanggar syari'at islam yang diajarkan oleh baginda Rosulullah. Orang non muslim berpesta ulang tahun atau hari raya yg lain dengan minuman keras, atau hura-hura maka hal tersebut bertentangan dengan syari'at, sementara kaum muslimin merayakan dengan dzikir, membaca sholawat, shodakoh, ta'lim dan pengajian, tabligh akbar, maka hal itu adalah hal yang mulya :

Allah merayakan hari kelahiran para Nabi Nya
• Firman Allah : “(Isa berkata dari dalam perut ibunya) Salam sejahtera atasku, di hari kelahiranku, dan hari aku wafat, dan hari aku dibangkitkan” (QS Maryam 33)
• Firman Allah : “Salam Sejahtera dari kami (untuk Yahya as) dihari kelahirannya, dan hari wafatnya dan hari ia dibangkitkan” (QS Maryam 15)

• Rasul saw lahir dengan keadaan sudah dikhitan (Almustadrak ala shahihain hadits no.4177)
• Berkata Utsman bin Abil Ash Asstaqafiy dari ibunya yg menjadi pembantunya Aminah ra bunda Nabi saw, ketika Bunda Nabi saw mulai saat saat melahirkan, ia (ibu utsman) melihat bintang bintang mendekat hingga ia takut berjatuhan diatas kepalanya, lalu ia melihat cahaya terang benderang keluar dari Bunda Nabi saw hingga membuat terang benderangnya kamar dan rumah (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Ketika Rasul saw lahir kemuka bumi beliau langsung bersujud (Sirah Ibn Hisyam)
• Riwayat shahih oleh Ibn Hibban dan Hakim bahwa Ibunda Nabi saw saat melahirkan Nabi saw melihat cahaya yg terang benderang hingga pandangannya menembus dan melihat Istana Istana Romawi (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)
• Malam kelahiran Rasul saw itu runtuh singgasana Kaisar Kisra, dan runtuh pula 14 buah jendela besar di Istana Kisra, dan Padamnya Api di Kekaisaran Persia yg 1000 tahun tak pernah padam. (Fathul Bari Almasyhur juz 6 hal 583)

Pendapat para ulama'

Tersebut di dalam kitab I’anathuth Tholibin oleh Sayyidisy-Syaikh Abu Bakar Syatha ad-Dimyathi:-
Telah berkata Imam Hasan al-Bashri (Wafat 116H, pernah bertemu dengan lebihkurang 100 orang shahabat): “Aku kasih jika ada bagiku seumpama gunung Uhud emas untuk kunafkahkan atas pembacaan mawlid ar-Rasul”.

Al-Imam al-Hujjah al-Hafiz as-Suyuthi:
Di dalam kitab beliau, al-Hawi lil Fatawa, beliau telah meletakkan satu bab yang dinamakan Husnul Maqsad fi 'Amalil Maulid, halaman 189, beliau mengatakan: Telah ditanya tentang amalan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabiul Awal, apakah hukumnya dari sudut syara'? Adakah ia dipuji atau dicela? Adakah pelakunya diberikan pahala atau tidak?
Dan jawapannya di sisiku: Bahawasanya asal kepada perbuatan maulid, iaitu mengadakan perhimpunan orangramai, membaca al-Quran, sirah Nabi dan kisah-kisah yang berlaku pada saat kelahiran baginda dari tanda-tanda kenabian, dan dihidangkan jamuan, dan bersurai tanpa apa-apa tambahan daripadanya, ia merupakan bid'ah yang hasanah yang diberikan pahala siapa yang melakukannya kerana padanya mengagungkan kemuliaan Nab SAW dan menzahirkan rasa kegembiraan dengan kelahiran baginda yang mulia.

Syeikhul Islam wa Imamussyurraah al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani:
Berkata al-Hafiz as-Suyuthi dalam kitab yang disebutkan tadi: Syeikhul Islam Hafizul 'Asr Abulfadhl Ibn Hajar telah ditanya tentang amal maulid, dan telah dijawab begini: "Asal amal maulid (mengikut cara yang dilakukan pada zaman ini) adalah bid'ah yang tidak dinaqalkan dari salafussoleh dari 3 kurun (yang awal), walaubagaimanapun ia mengandungi kebaikan serta sebaliknya. Maka sesiapa yang melakukan padanya kebaikan dan menjauhi yang buruk, ia merupakan bid'ah yang hasanah.

Telah jelas bagiku pengeluaran hukum ini dari asal yang tsabit iaitu apa yang tsabit dalam shahihain (shahih al-Bukhari dan shahih Muslim) bahawa Nabi SAW ketika tiba di Madinah mendapati orang Yahudi berpuasa Asyura', lalu baginda bertanya kepada mereka (sebabnya). Mereka menjawab: Ia merupakan hari ditenggelamkan Allah Fir'aun dan diselamatkan Musa, maka kami berpuasa kerana bersyukur kepada Allah. Maka diambil pengajaran darinya melakukan kesyukuran kepada Allah atas apa yang Dia kurniakan pada hari tertentu, samada cucuran nikmat atau mengangkat kesusahan."

Seterusnya beliau berkata lagi: Dan apakah nikmat yang lebih agung dari nikmat diutuskan Nabi ini SAW, Nabi Yang Membawa Rahmat, pada hari tersebut? Dan ini adalah asal kepada amalan tersebut. Manakala apa yang dilakukan padanya, maka seharusnya berlegar pada apa yang difahami sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah Ta'ala samada tilawah, memberi makan, sedekah, membacakan puji-pujian kepada Nabi, penggerak hati atau apa sahaja bentuk kebaikan dan amal untuk akhirat."

Telah jelas dan kuat riwayat yg sampai padaku dari shahihain bahwa Nabi saw datang ke Madinah dan bertemu dengan Yahudi yg berpuasa hari asyura (10 Muharram), maka Rasul saw bertanya maka mereka berkata : “hari ini hari ditenggelamkannya Fir’aun dan Allah menyelamatkan Musa, maka kami berpuasa sebagai tanda syukur pada Allah swt, maka bersabda Rasul saw : “kita lebih berhak atas Musa as dari kalian”, maka diambillah darinya perbuatan bersyukur atas anugerah yg diberikan pada suatu hari tertentu setiap tahunnya, dan syukur kepada Allah bisa didapatkan dg pelbagai cara, seperti sujud syukur, puasa, shadaqah, membaca Alqur’an, maka nikmat apalagi yg melebihi kebangkitan Nabi ini?, telah berfirman Allah swt “SUNGGUH ALLAH TELAH MEMBERIKAN ANUGERAH PADA ORANG ORANG MUKMININ KETIKA DIBANGKITKANNYA RASUL DARI MEREKA” (QS Al Imran 164)

Pendapat Imam Al Hafidh Jalaluddin Assuyuthi rahimahullah :
Telah jelas padaku bahwa telah muncul riwayat Baihaqi bahwa Rasul saw ber akikah untuk dirinya setelah beliau saw menjadi Nabi (Ahaditsulmukhtarah hadis no.1832 dg sanad shahih dan Sunan Imam Baihaqi Alkubra Juz 9 hal.300), dan telah diriwayatkan bahwa telah ber Akikah untuknya kakeknya Abdulmuttalib saat usia beliau saw 7 tahun, dan akikah tak mungkin diperbuat dua kali, maka jelaslah bahwa akikah beliau saw yg kedua atas dirinya adalah sebagai tanda syukur beliau saw kepada Allah swt yg telah membangkitkan beliau saw sebagai Rahmatan lil’aalamiin dan membawa Syariah utk ummatnya, maka sebaiknya bagi kita juga untuk menunjukkan tasyakkuran dengan Maulid beliau saw dengan mengumpulkan teman teman dan saudara saudara, menjamu dg makanan makanan dan yg serupa itu untuk mendekatkan diri kepada Allah dan kebahagiaan. bahkan Imam Assuyuthiy mengarang sebuah buku khusus mengenai perayaan maulid dengan nama : “Husnulmaqshad fii ‘amalilmaulid”.

Pendapat Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi) :

Merupakan Bid’ah hasanah yg mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yg diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul saw dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul saw dan membangkitkan rasa cinta pada beliau saw, dan bersyukur kepada Allah dg kelahiran Nabi saw.

Menurut Yusuf Qaradhawi: perayaan Maulid Nabi saw tidak termasuk dalam kategori bid'ah. beliau melandaskan "Mengingat nikmat Allah adalah sesuatu yang disyariatkan, terpuji dan memang diperintahkan. Allah swt memerintahkan kita untuk mengingat nikmat Allah swt, " ujar Qaradhawi. "Menganggap peringatan Maulid adalah bid'ah dan semua bid'ah itu sesat dan tempatnya di neraka, itu tidak benar sama sekali. Yang kita tolak adalah mencampur peringatan itu dengan berbagai penyimpangan syariah Islam dan melakukan sesuatu yang tidak diberi kekuasaan apapun oleh Allah swt seperti yang terjadi di sebagian tempat, " kata Qaradhawi.

Dan masih banyak lagi pendapat para ulama yang lainnya

Bolehkah merayakan maulid dengan bersholawat, membaca syair di masjid?

Rasulullah saw memperbolehkan Syair pujian di masjid
Hassan bin Tsabit ra membaca syair di Masjid Nabawiy yg lalu ditegur oleh Umar ra, lalu Hassan berkata : “aku sudah baca syair nasyidah disini dihadapan orang yg lebih mulia dari engkau wahai Umar (yaitu Nabi saw), lalu Hassan berpaling pada Abu Hurairah ra dan berkata : “bukankah kau dengar Rasul saw menjawab syairku dg doa : wahai Allah bantulah ia dengan ruhulqudus?, maka Abu Hurairah ra berkata : “betul” (shahih Bukhari hadits no.3040, Shahih Muslim hadits no.2485)

oleh Aisyah ra bahwa ketika ada beberapa sahabat yg mengecam Hassan bin Tsabit ra maka Aisyah ra berkata : “Jangan kalian caci hassan, sungguh ia itu selalu membanggakan Rasulullah saw”(Musnad Abu Ya’la Juz 8 hal 337). Sebagaimana dijelaskan bahwa Rasul saw mendirikan mimbar khusus untuk hassan bin tsabit di masjid agar ia berdiri untuk melantunkan syair syairnya (Mustadrak ala shahihain hadits no.6058, sunan Attirmidzi hadits no.2846)

Berkata Abbas bin Abdulmuttalib ra : “Izinkan aku memujimu wahai Rasulullah..” maka Rasul saw menjawab: “silahkan..,maka Allah akan membuat bibirmu terjaga”, maka Abbas ra memuji dg syair yg panjang, diantaranya : “… dan engkau (wahai nabi saw) saat hari kelahiranmu maka terbitlah cahaya dibumi hingga terang benderang, dan langit bercahaya dengan cahayamu, dan kami kini dalam naungan cahaya itu dan dalam tuntunan kemuliaan (Al Qur’an) kami terus mendalaminya” (Mustadrak ‘ala shahihain hadits no.5417)

Adapun ada sebagian yg begitu alergi dengan perayaan Maulid Nabi, karena mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah bid'ah dan mereka mengambil satu-satunya dalil bahwa semua bid'ah adalah sesat dan dinerakalah tempatnya, walaupun banyak ulama' ahlussunnah yg menerangkan ada bid'ah hasanah dan ada bid'ah dholalah tetapi mereka tetap tidak mau menerimanya, intinya antara ulama yg membagi bid'ah menjadi dua hasanah dan dholalah memahami hadits "semua bid'ah adalah sesat" dengan methode Al-ammul mahsus, yaitu dalil umum tetapi ada yg dikecualikan, dan begitu banyak dalil serupa dalam al-qur'an dah hadits.

Untuk amannya bagi penulis adalah mengikuti ahlussunah wal Al-jama'ah, mereka berpegang pada sunnah nabi dan Jama'ah, tidak usah memisahkan diri dari mayoritas umat islam yg diikuti dari zaman dulu hingga sekarang kemudian nanti insya Allah. Bukankah mereka yg melaksanakan Maulid nabi berdasar dalil Naqli yg shohih dan dalil Aqli? jika anda tidak setuju dan tidak mau merayakan itu terserah anda, tetapi jika anda menentangnya dengan melontarkan penghinaan dan menghalangi para pelakunya dengan mengatakan sesat, bid'ah dll. Maka anda akan berhadapan dengan ulama' yang membolehkan dan memfatwakan boleh di akhirat nanti.

Wallahu 'alamu bi showab.
Selengkapnya...

Maulid Nabi Muhammad SAW dan pertentangannyaSocialTwist Tell-a-Friend

Syeik Nawawi Al-Bantani & Maulid

Diposkan oleh Admin On 6:23 PM 0 komentar




“Orang yang mengagungkan maulidku, maka dia bersamaku di surga”

“Orang yang menafkahkan satu dirham untuk kepentingan maulidku, maka seperti menafkahkan sebuah gunung yang terbuat dari emas di jalan Allah.”

Abu Bakar Ash-Shiddiq pernah menyebutkan berkata:
“Orang yang menafkahkan satu dirham untuk kepentingan maulid Nabi SAW, maka dia akan menjadi temanku di dalam surga.”

Umar bin Al-Khattab juga telah berkata:
“Orang yang mengagungkan maulid nabi SAW maka dia berarti telah menghidupkan agama Islam.”

Utsman bin Affan berkata:
“Orang yang menafkahkan satu dirham untuk bacaan maulid nabi SAW, maka seolah-olah dia ikut dalam Perang Badar dan Hunain.”

Ali bin Abi Thalib berkata:
“Orang yang mengagungkan maulid Nabi SAW tidak akan keluar dari dunia ini kecuali dengan iman.”

Al-Imam Asy-Syafi’i berkata:
“Orang yang mengumpulkan saudaranya di saat maulid Nabi SAW, lalu menghidangkan untuk mereka makanan, serta berbuat ihsan, maka Allah akan bangkitkan dirinya di hari kiamat bersama para shiddiqin, syuhada’, shalihin dan berada dalam surga An-Na’im.”

Al-Imam As-Sirri As-Saqti berkata:
“Siapa yang mendatangi tempat dibacakannya maulid Nabi SAW, maka dia akan diberi taman di surga. Karena dia tidak mendatanginya kecuali karena cinta kepada Nabi SAW. Sedangkan Nabi SAW bersabda, “Orang yang cinta padaku maka dia akan bersamaku di surga.”

Hadits-hadits dan perkataan para shahabat serta para ulama di atas dapat ditemukan dalam kitab Madarijush-Shu’ud, yang menjadi kitab syarah atau penjelasan dari kitab Al-Maulid An-Nabawi karya Al-Imam Al-’Arif As-Sayyid Ja’far, atau yang lebih dikenal dengan Syeikh Al-Barzanji. Penulis kitab Madarijush Shu’ud adalah tokoh besar, bahkan beliau tinggal di Makkah, namun asalnya dari negeri kita. Beliau adalah Syeikh Nawawi Al-Bantani.

Di dalam kitab susunan beliau itulah kita dapat menemukan hadits nabi atau perkataan para shahabat nabi, juga perkataan para ulama tadi mengenai keutamaan merayakan maulidur Rasul.

Semua lafadz itu mungkin tidak dilengkapi sumber rujukan, perawi, ataupun sanad. Sehingga para kritikus hadits tidak bisa melacaknya di kitab-kitab rijalul hadits, atau di kitab lainnya. Namun, hal itu tidak menjadi soal. Karena di zaman beliau, banyak kitab yang ketika mengutip hadits itu tidak disertakan sanadnya. Karena hadits tersebut memang telah dikenal luas saat itu. Bahkan di zaman sekarang pun banyak buku-buku yang mengutip hadits tanpa sanad dan perawi, hanya dituliskan dalam kurung “Al-Hadits”.

Siapakah Syeikh Nawawi Bantani?

Beliau adalah ulama besar abad ke-19 yang tinggal di Makkah, namun beliau asli Indonesia. Kata Al-Bantani merujuk kepada daerah asalnya, yaitu Banten. Tepatnya Kampung Tanara, Serang, Banten.

Beliau adalah anak sulung seorang ulama Banten. Beliau lahirtahun 1230 Hijrah/1814 Masehidan wafat di Makkah tahun 1314 Hijrah/1897 Masehi. Beliau menuntut ilmu ke Makkah sejak usia 15 tahun dan selanjutnya setelah menerima pelbagai ilmu di Mekah, beliau meneruskan pelajarannya ke Syam (Syiria) dan Mesir.

Syeikh Nawawi al-Bantani kemudian mengajar di Masjidil Haram. Setiap kali beliau mengajar, dikelilingi oleh tidak kurang dua ratus orang. Ini menunjukkan bahwa keulamaan beliau diakui oleh para ulama di Makkah pada masa itu. Yang menarik, disebutkan bahwa saat mengajar di Masjid Al-Haram itu, beliau menggunakan dengan bahasa Jawa dan Sunda.

Karena sangat terkenalnya, bahkan beliau pernah diundang ke Universitas Al-Azhar, Mesir untuk memberi ceramah atau fatwa-fatwa pada beberapa perkara tertentu.

Syeikh Nawawi termasuk ulama penulis yang produktif. Hari-harinya digunakan untuk menulis. Beberapa sumber menyebutkan Syekh Nawawi menulis lebih dari 100 buku, 34 di antaranya masuk dalam Dictionary of Arabic Printed Books.

Dari sekian banyak bukunya, beberapa di antaranya antara lain: Tafsir Marah Labid, Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Zhulam, al-Futuhat al-Madaniyah, Tafsir Al-Munir, Fath Majid, Sullam Munajah, Nihayah Zein, Salalim Al-Fudhala, Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al-Daani, Bugyah Al-Awwam, Futuhus Shamad, al-Aqdhu Tsamin, Uqudul Lijain, Nihayatuz Zain, Mirqatus Su’udit Tashdiq, Tanqihul Qoul, syarah Kitab Lubabul Hadith, Nashaihul Ibad.

Murid-Murid Syeikh Nawawi

Di antara yang pernah menjadi murid beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU) almarhum Kiyai Haji Hasyim Asy’ari. Juga kiyai Khalil Bangkalan Madura. Juga termasuk kiyai Machfudh dari Tremas, Jawa Timur.

Dari para kiyai itulah kemudian agama Islam disebarkan di seantero tanah Jawa, lewat berbagai pondok pesantren, madrasah, majelis ta’lim, pengajian dan tabligh akbar.

Mengatakan perayaan maulid sebagai perkara yang menyesatkan sama saja dengan menyebut Syaikh Nawawi Al-Bantani sebagai ulama penyesat. Padahal, kalaupun tak ada hadits mengenai ini, seperti dikatakan di atas bahwa tidaklah seseorang mendatangi perayaan maulid Nabi kecuali karena cinta kepada Nabi SAW. Sedangkan Nabi SAW bersabda, “Orang yang cinta padaku maka dia akan bersamaku di surga.” Dan hadits yang satu ini tak perlu kami sebutkan sanad dan rawinya. Juga telah dikenal luas bahwa nabi telah bersabda “Seseorang itu bersama yang dicintainya.”



Sumber http://hotarticle.org/maulid-nabi-dan-syaikh-nawawi-al-bantani/
Selengkapnya...

Syeik Nawawi Al-Bantani & MaulidSocialTwist Tell-a-Friend


( Adapun ) adab orang yang belajar ilmu serta gurunya yang mengajar akan dia itu beberapa perkara (ya’ni banyak); tetapi disebutkan oleh Imam Al-Ghazaly (رحمه الله تعالى) di dalam Bidayatul Hidayah (sebanyak) sebelas perkara.



( Pertama ) Apabila berdapat (ya’ni bertemu) dengan gurunya, maka hendaklah (dia) mendahulukan memberi salam.



( Kedua ) Bahawa jangan membanyakkan berkata-kata pada (ya’ni di) hadapan gurunya itu.



( Ketiga ) Bahawa jangan ia berkata dengan barang yang tiada (di)izin(kan dahulu) oleh gurunya.



( Keempat ) Jangan ia bertanya akan gurunya melainkan kemudian daripada (ya’ni sesudah) meminta izin daripadanya (ya’ni gurunya).



( Kelima ) Bahawasanya jangan ia menyangkal akan perkataan gurunya itu dengan katanya, “si polan menyalahi akan (ya’ni menyatakan lain daripada apa) yang engkau (ya’ni gurunya) kata itu”, atau sebagainya.



( Keenam ) Bahawa jangan ia memberi isyarat akan gurunya itu dengan menyalahi (ya’ni untuk menyatakan lain) akan bicara gurunya, lalu (murid itu) menyangkai bahawa (dia) terlebih benar daripada (apa yang dikatakan) gurunya; atau terlebih tahu ia daripada gurunya. Maka yang demikian itu kurang adab kepada gurunya lagi kurang berkat.



( Ketujuh ) Bahawa jangan ia berbisik-bisik dengan orang yang sama duduk (iaitu duduk bersamanya) pada hadapan gurunya itu.



( Kedelapan ) Bahawa jangan ia berpaling ke kiri dan ke kanan pada hadapan gurunya itu, (bahkan sebaliknya) hendaklah ia duduk tunduk lagi beradab seolah-olah ia di dalam sembahyang.



( Kesembilan ) Bahawa jangan ia membanyakkan pertanyaan kepada gurunya itu tatkala segan gurunya itu daripada berkata-kata (ya’ni kurang suka memperkatakan atau membicarakannya) , atau tatkala ia lelah (ya’ni letih atau penat).



( Kesepuluh ) Apabila berdiri gurunya atau baharu datang gurunya itu, maka hendaklah ia berdiri pula kerana menta’dzimkan akan gurunya itu, dan jangan diikuti pada ketika bangkitnya itu dengan pertanyaan dan soal(an). Dan jangan bertanya masalah pada ketika ia berjalan hingga sampai kepada tempat duduknya itu, melainkan kerana dharurat (ya’ni terpaksa) maka iaitu (ya’ni yang mana) tiada tertegah bertanya di dalamnya (ya’ni pada ketika itu).



( Kesebelas ) Jangan jahat sangka akan gurunya itu pada segala perbuatannya yang dzahir menyalahi i’tiqadnya, atau bersalahan perbuatan gurunya itu (ya’ni melakukan sesuatu yang lain daripada) pengetahuannya, atau dengan adatnya (ya’ni kebiasaannya) ; kerana gurunya itu terlebih tahu dengan segala hukum syara’ dan segala rahsia syariat, (seperti) hikayat Nabi Musa (عليه السلام) dan Nabi Khidir (عليه السلام).

وبالله التوفيق، ولاحول ولاقوة إلا بالله العلى العظيم


Intisari : Kitab Siyarusalikin (Syeikh Nawawi Al-Bantani)
--
Bismillaahirrohmaan irrohiim
Rodhina Billahi Robbaa Wa Bil Islami Dinnaa Wa Bi Muhammadin Nabiyyaw Wa Rasulaa Wa Bil Qur'ani Imamaa Wa Bi Ka'bati Qiblataa Wabil Mu'minina Ikhwanaa...
Selengkapnya...

ADAB ORANG YANG BELAJAR DAN MENGAJAR ILMU AGAMASocialTwist Tell-a-Friend

Islam Dalam Dokumentasi